PRAHARA " RUMAH KECILKU "
# Kurangnya Bersyukur Dan Introspeksi #
Cerita ini dari sebuah keluarga kecil yang hidup sederhana serta
bahagia dalam kesahajaan. Keluarga ini terdiri dari bapak ibu serta dua
anak laki-laki yang pandai. Namun pada suatu ketika terjadilah hal-hal
yang tidak di harapkan di dalam sebuah keluarga,sang bapak yang merasa
berkuasa di dalam keluarga memerintah serta berbuat sewenang-wenang.
Alhasil keluarga ini pun akhirnya retak, hubungan sang ayah dengan ibu
menjadi renggang.Beberapa kali sang ibu mencoba untuk mengingatkan sang
bapak,tp bapak malah semakin menjadi,akhirnya ibu pun diam.Tetapi
diamnya ibu tak lantas hanya memaklumi apa yang di lakukan
bapak.Akhirnya ibu pun mengadukan kelakuan sang bapak kepada yang lebih
berhak,akhirnya bapak dan ibu di pertemukan dengan baik-baik dengan di
tengahi oleh pengurus yang berwenang.Mereka berdua saling menceritakan
apa yang sedang terjadi dan mereka berdua bersepakat untuk merubah apa
kesalahan-kesalahan mereka.Tetapi lama kelamaan sang bapak kembali lagi
berulah dan melanggar kesepakatan tersebut,karena bapak melanggar
janjinya sendiri.Sang ibu pun berusaha melaporkan kembali
kelakuan-kelakuan bapak tetapi hal itu tidak bisa dilakukan ibu, karena
bapak selalu menghalang-halangi usaha ibu untuk bisa ketemu dengan
hakim pemutus perkara mereka berdua.
Ketika anak pertama mereka
sedang sakit sang ibu memberikan pil pahit supaya lekas sembuh dan
penyakitnya tidak mudah kambuh lagi. Akan tetapi sang anak pertama ini
malahan menuntut ibu kenapa harus dengan pil yang pahit,bukannya ibu
bisa memberikan sirup yang manis lagi. Ibu pun enggan memberikannya di
karenakan bila anak suka akan dengan hal-hal yang manis walaupun sekejap
rasanya .Anak akan terbiasa dan selalu merengek meminta yang
manis-manis dan tak mau menerima sebuah rasa pahit,yang pada akhirnya
rasa pahit itu mampu menjadi penawar penyakitnya.Akhirnya anak pertama
ini pun mengadukan kepada sang bapak yang pada dasarnya sang bapak dan
ibu sudah ada ketidak cocokan.Selanjutnya bapak pun mempunyai inisiatif
untuk mencarikan pengasuh pengganti ibu. Alhasil anak pertama ini pun
lega karena sudah mempunyai pengasuh baru yang lebih bisa menuruti
“keinginannya”akan tetapi hal ini tidak di beritakan ataupun di ketahui
sang ibu. Supaya hal ini tidak di ketahui sang ibu ,anak pertama
menyampaikan berita tersebut kepada adik nya dan berpesan,”jangan sampai
hal ini di ketahui sama ibu”.Sontak sang adik pun tercengang dan
bingung kenapa bisa di ganti begitu saja padahal ibu belum tahu akan
kejadian ini,dan apa salah ibu.Apakah hakim yang menikahkan ibu juga
sudah sah menceraikannya.
Hal ini berlangsung tanpa kejelasan dan
setelah berselang beberapa bulan.Akhirnya sang bapakpun menceraikan ibu
dengan sepihak dan tanpa mengetahui dengan pihak yang berwenang.Keluarga
ini pun pecah bahkan sang anak pertama enggan silaturahmi kepada
ibunya.Akan tetapi sang adik berusaha mengingatkan kepada
kakaknya.Tetapi sang kakak tetap saja dengan pendiriannya dan menganggap
ibunya telah tiada.
Dari cerita ini dapat kita ambil pelajarannya
di manakah letak kebenaran bila senantiasa kurang bersyukur, mentang-mentang dan keegoisan di
jadikan pedoman ?
Waktupun terus berlalu..anak pertama lebih cocok dengan keputusan sang ayah dan mengikuti " pengasuh barunya", karena pengasuh baru ini cenderung lebih membebaskan dirinya untuk memenuhi nafsu syahwatnya. Sepertinya tidak diperhatikan lagi apakah anak ini sudah disorientasi dalam hidupnya atau tidak, mempunyai jiwa meminta-minta dan menuntut atau tidak, hubud dunia atau tidak dan banyak lagi hal yang berkaitan dengan nilai2 Rububiyah yang tidak diperhatikan. Sementara sang adik lebih membela prinsip nilai-nilai yang selama ini diajarkan oleh ibunya yaitu bagaimana harus sabar, ikhlas, jujur, amanah, fathonah, syukur dan lain sebagainya dalam bertarung melawan derasnya ujian dalam hidup ini. Sang ibu senantiasa memberi nasehat pada sang adik untuk tetap menjaga silaturrohim dengan sang ayah dan sang kakak.................Bersambung
No comments:
Post a Comment