Kulit adalah bagian terluar dari anggota tubuh. Bagian inilah yang pertama kali bersentuhan dengan dunia luar dan pertama kali merasakan panas dan dinginnya udara. Lalu, apa hubungannya dengan pemimpin..? SENSITIVITAS. Ini yang menjadi tugas utamanya. Kulit bisa dianggap sehat ketika sensitivitasnya masih berfungsi. Ia bisa merasakan panas dan dingin. Bahkan, bagi para tunanetra, kulit bisa menggantikan mata untuk menentukan nama dan jenis benda. Dengan hanya meraba atau menyentuh, orang yg penglihatannya tidak normal mampu membedakan jenis-jenis benda di depannya. Selain itu, kulit juga berfungsi sebagai pelindung anggota tubuh. Dapat dibayangkan apa yang terjadi kalo anggota tubuh tidak dibungkus dengan kulit. Daging tubuh akan mudah terkena bahaya. Batok kepala tidak akan aman tanpa dibungkus kulit. Selain sebagai pengaman, kulit juga berfungsi sebagai "pemanis" yang turut memperindah tubuh. Tak heran kalau para artis sampai menghabiskan uang jutaan rupiah semata untuk merawat kulit. Begitulah kulit, Begitu juga seharusnya seorang pemimpin. Sebagaimana kulit, pemimpin harus sensitive menghadapi orang-orang disekitarnya. Sensitif dengan makna positif. Ia harus sensitif terhadap kebutuhan anak buahnya. Ia harus peka terhadap kesulitan mereka. Seperti kulit, ia harus menjadi orang pertama yang mengetahui problem bawahannya. Inilah yang menjelaskan mengapa Umar bin Khatab biasa melakukan ronda malam. Ia ingin mendengar langsung rintihan rakyatnya. Langsung, bukan berdasarkan laporan anak buahnya. Sebagaimana kulit, pemimpin juga harus berfungsi sebagai pelindung. Disinilah pemimpin sering mengabaikan perannya. Justru kebanyakan pemimpin tak menjadikan dirinya pelindung bagi anak buahnya. Sebaliknya, dirinya justru sering berlindung di balik bawahannya. Kalo ada kesalahan ia justru melimpahkannya pada mereka. Sebaliknya kalo mendapatkan penghargaan, dirinya yg ingin mendapatkan lebih dulu. Padahal, dalam hal punishment pemimpinlah yang harus dihukum terlebih dahulu. Dan, berkenaan dengan reward, orang paling bawahlah yang lebih dulu menerimanya. Di negeri kita ini kaidah itu terbalik. Dalam hal penegakkan hukum, masyarakat paling bawahlah yang menerinanya terlebih dahulu. Sedangkan para koruptor kelas kakap tak tersentuh hukum atau mungkin bersandiwara dengan hukum. Sebaliknya dalam hal kesejahteraan, para pejabatlah yang mendapatkan jatah duluan, sedangkan rakyat mendapatkan sisa paling akhir setelah dipotong berkali-kali. Seperti kulit, pemimpin juga harus menjadi "pemanis" yang bisa menutupi kelemahan bawahannya. Bukan justru memperburuk citra anak buahnya. Jika 3 fungsi kulit ini ( peka, pelindung, dan pemanis melekat pada pemimpin, kita bisa berharap negeri ini bebas dari jerat zaliman. ( Sumber: Majalah Sabili, Hepi Andi B ).
No comments:
Post a Comment