Video Terkini

Lovely Brothers

Lovely Brothers
share your love

Tuesday, 27 March 2012

Mengungkap Hubungan Wajah Dan Pemimpin

Bagi anggota tubuh, wajah ibarat halaman bagi rumah. Yang pertama kali di nilai oleh para tamu saat berkunjung ke rumah ada halamannya. Seperti sebuah artikel, judul adalah pekarangan bagi rumah. Betapapun bagusnya sebuah tulisan, takkan membuat pembaca jatuh cinta kalau judulnya tidak menarik. Wajah adalah "juru bicara" bagi anggota tubuh. Rasa senang akan terpancar dari raut wajah. Rasa sakit akan tergambar dari mimik wajah. Bahkan, ganjalan di hatipun kadang bisa ditebak dari raut muka. Inilah alasan logis mengapa Rasulullah Saw membolehkan seseorang untuk melihat wajah dan telapak tangan wanita yang ingin ia nikahi. Kalau kedua telapak tangan bisa mewakili kondisi fisik seseorang, maka wajah bisa menggambarkan suasana non fisik. Nah, apa hubungannya dengan Pemimpin? Wajah bagi seorang pemimpin adalah penampilan. Kondisi luar yang bisa dilihat dengan mudah oleh orang lain. Termasuk pakaian, cara bicara dan bahasa tubuh. Yaa..wajah bagi seorang pemimpin adalah bahasa tubuhnya. Di sinilah penampilan menempati peran yang begitu penting bagi seorang pemimpin. Ia harus bisa menempatkan "wajahnya" sesuai kondisi. Pemimpin harus bisa menjelaskan melalui penampilannya kepada publik bahwa dirinya adalah pemimpin. Pada wilayah ini, izzah (harga diri) dan kewibawaan menemukan tempatnya. Di sebuah daerah wilayah Sumatera Selatan, pernah ada seorang camat yang disegani oleh masyarakat. Salah satu yang membuat masyarakat menaruh hormat adalah perubahan pada sikap sebelum dia memimpin. Sebelum dilantik menjadi camat, dia dikenal humoris dan terkesan "banyak omong". Hal yang jauh berbeda dibanding penampilannya setelah menjadi seseorang pemimpin. Sang camat ini lebih banyak diam. Ketika ditanya, ia menjawab, "Saya ingin banyak bekerja ketimbang bicara". Dan benar. Ia pun banyak bekerja dan mengurangi bicara. Ia menambahkan, "Saya harus menjaga penampilan. Kalau tidak, kepala saya bisa diinjak-injak."

Meskipun dikalangan keluarganya, sang camat tadi tak ada yang berubah: tetap ramah, tetapi di publik ia menjadi lebih berwibawa. Kalau sebelumnya, ketika keluar rumah penampilannya asal-asalan, saat menjadi camat, penampilannya berubah menjadi lebih rapi. Tentu perubahan ini tidak mengarah pada sikap meremehkan orang lain. Ada perbedaan mendasar antara sikap sombong dan wibawa. Sikap sombong lahir dari pribadi yang bersangkutan. Sedangkan kewibawaan dirasakan oleh orang lain terhadap dirinya. Penampilan itu penting bagi pemimpin. Lantaran mengenakan kaos kaki bolong, Presiden Bank Dunia Paul Wolfowitz di kecam publik. KH Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) hampir tak dikenali penggemarnya saat ia tak memakai sorban....Penampilan bagi pemimpin seperti wajah bagi tubuh. (Sumber:Majalah Sabili)

No comments:

Post a Comment